Bisnis, Antara Hobi dan Kebutuhan (2)



Bisnis yang awalnya sekedar hoby mau ga mau harus lebih serius dijalani. Dari modal dengkul saya mulai punya modal sendiri. Dengan modal yang ada saya mulai merancang dengan benar bisnis ini ke depan, agar terus berjalan dan menghasilkan.
Langkah pertama, mempelajari permintaan pasar yang paling potensial. Tidak semua jenis model pakaian disukai, demikian juga dengan pemilihan warna dan ukuran. Dengan demikian barang jualan kita akan selalu habis. Hal ini sangat penting untuk menghindari penumpukan barang, sehingga modal yang sedikit bisa terus berputar.
Langkah kedua, membangun jaringan. Awalnya saya berjualan dari bazaar ke bazaar, namun frekwensinya tidak jelas mengandalkan adanya kegiatan besar. Sedangkan untuk membuka toko berbenturan dengan masalah perizinan yang sangat ketat. Maka saya mulai membentuk jaringan pemasaran yang berasal dari konsumen.
Kehadiran mereka sangat menunjang bisnis saya, maka mereka perlu dibina dan diberi imbalan yang setimpal. Alhamdulillah dengan kerjasama dalam suasana kekeluargaan bisa menguntungkan kedua belah pihak. Tidak sedikit “anak buah” saya ini melanjutkan berbisnis ketika pulang ke tanah air. Bekal ilmu berbisnis yang saya perkenalkan dan keuntungan yang didapat menjadi jalan usaha bagi mereka.
Langkah ketiga, mencari relasi yang dapat dipercaya. Relasi yang saya maksud disini adalah produsen pakaian. Saya tidak bisa kulakan langsung, hanya mengandalkan pemesanan via telpon dan internet. Untuk itulah diperlukan relasi yang bisa dipercaya dan mau diajak kerjasama. Alhamdulllah setelah sekian tahun berinteraksi kami sudah merasa seperti saudara walaupun kebanyakan belum pernah ketemu.
Langkah keempat, manajemen keuangan yang baik. Seringkali para pengusaha gulung tikar karena modal usaha terpakai oleh konsumsi pribadi. Supaya usaha bisa bertahan lama maka saya berusaha tidak memakai modal untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Setiap bulan dihitung dengan cermat keuntungan yang didapat. Antara modal dan keuntungan disimpan ditempat yang berbeda walaupun jumlahnya tidak banyak. Hal ini akan mendisiplinkan kita dalam penggunaan uang.
Guna menutupi kebutuhan sehari-hari yang cukup banyak, saya mulai melirik usaha lain. Bisnis makanan perputaran uangnya lebih cepat, maka setiap Sabtu dan Minggu saya berjualan siomay dan batagor khas Bandung. Keuntungan dari jualan makanan inilah yang saya gunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari. Keuntungan dari bisnis pakaian digunakan untuk bayar rumah, bensin, sekolah anak, dan lain-lain.
Langkah kelima, senantiasa mencari inovasi baru. Hal ini sangat penting bagi siapa saja pelaku bisnis dengan jenis bisnis apapun. Jangan sekali-kali kita meniru produk orang, justru kita harus berusaha menciptakan produk baru. Begitu juga ketika berjualan pakaian, kita harus senantiasa mencari model-model baru untuk dipasarkan. Hal ini untuk mengurangi tingkat persaingan dan menjaga hubungan baik dengan sesama pedagang.
Demikian langkah-langkah sederhana yang selama ini saya jalani dalam berbisnis, Alhamdulillah sekarang sudah menginjak tahun kedelapan berbisnis dengan sungguh-sungguh karena faktor kebutuhan, bukan sekedar hoby. Alhamdulillah bisnis kecil-kecilan ini bisa turut menghantarkan seorang anak bangsa meraih gelar Doktor. Segala puji hanya milik Allah atas segala pertolongan dan kasih sayang-Nya.
Setelah sekian tahun berbisnis, banyak pelajaran yang saya dapatkan. Pertama, kita jangan pernah ragu dengan rezeki Allah selama kita mau berusaha. Kedua, usaha kita akan semakin lancar ketika rezeki kita berkah. Bagaimana supaya rezeki kita berkah yaitu harus memiliki nilai manfaat untuk orang lain, bukan hanya bermanfaat untuk diri kita. Ketika ada keluarga atau teman yang membutuhkan, ringankanlah tangan kita untuk memberi. Ketiga, ketika rezeki kita bersih, baik caranya maupun dibersihkan dengan zakat maka pintu-pintu kesuksesan akan terbuka lebar.