Wisata Ramadhan di Tunisia





Tunisia merupakan negri mungil, luasnya hanya 162,155 ribu Kilo meter persegi. Posisinya berada paling ujung Afrika Utara, berhadapan langsung dengan Italia. Tunisia hanya berjarak 137 Km dari Sicilia Italia. Bagi Negara-negara Eropa Tunisia bagaikan pintu masuk ke benua Afrika.  Bagian barat bertetangga dengan Aljazair, bagian tenggara menyambung dengan Liberia, bertetangga dengan Lybia di sebelah selatan. Bagian utara dan timur berbatasan langsung dengan laut mediterania.
            Negri cantik ini memiliki empat musim, dengan perbedaan yang mencolok antara daerah bagian utara dan bagian selatan. Musim dingin rata-rata suhu udara berkisar 7-10 derajat tapi di beberapa tempat bisa mencapai -5 derajat. Demikian halnya ketika musim panas datang, rata-rata suhu udara mencapai 25-40 derajat tapi di beberapa tempat bisa mencapai 50 derajat. Dapat dipastikan musim semi dan musim gugur udara begitu kompromi, hangat dan pemandangan sangat indah.


Sebagaimana di negara-negara muslim lainnya di dunia, Ramadhan selalu dinanti dan dijadikan momentum untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak ibadah kepada Allah. Begitu juga rakyat Tunisia yang hidup dalam bayang-bayang sekulerisme menyambut Ramadhan dengan antusias. Setiap malam di bulan Ramadhan diadakan sholat tarawih, di mesjid-mesjid besar diikuti oleh lebih dari 1000 orang jemaah.
            Rakyat Tunisia dikenal memiliki citarasa makanan yang sangat tinggi, untuk buka puasa mereka menyajikan aneka macam makanan yang lezat. Kurma Tunis, Brick, Syurbah, salatah/salad, roti tawar, zaitun, air putih dan susu murni, merupakan makanan khas untuk ta’jil (buka puasa). Setelah ta’jil dilanjutkan dengan makanan inti.
            Kurma Tunis memiliki rasa yang khas, manis dan masih menempel pada tangkainya. Syurbah artinya kuah, yaitu makanan berkuah isinya butiran gandum, potongan ayam serta bumbu penyedap. Bahan utama syurbah adalah butiran gandum, dinikmati bersama roti tawar khas Tunisia yang panjang ( hampir 1 meter). Brick adalah makanan khas Tunisia, bahan isinya terbuat dari telur, kentang rebus, ikan tuna, makdonis (daun menyerupai seledri). Bahan luarnya terbuat dari tepung gandum, setelah dicetak seperti martabak telor lalu digoreng.             Makanan utama mereka  kuskus makanan khas Tunisia yang terdiri dari setangkup nasi gandum yang dilengkapi raddis, sejenis sayuran mentah.  Makanan utama lainnya yaitu spageti atau roti.
            Pemerintah Tunisia, khususnya mentri pariwisata berusaha keras agar setiap bulan Ramadhan datang, jumlah wisatawan tidak berkurang. Biasanya selama bulan Ramadhan wisatawan yang berasal dari Negara-negara Timur Tengah mempercepat masa liburannya di Tunisia. Mereka cepat kembali ke tanah air masing-masing, untuk berkumpul bersama keluarga selama bulan Ramadhan. Padahal  wisatawan asal Timur Tengah ini jumlahnya yang paling dominan. Untuk menghindari penurunan kunjungan wisatawan, maka mentri pariwisata bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha hotel dan hiburan mengadakan paket Ramadhan dalam produk wisata yang ditawarkan.
            Hotel-hotel menyiapkan hidangan buka puasa dan sahur, serta hiburan di malam hari saja. Begitu juga dengan pemilik resort di pantai-pantai Tunisia menawarkan paket Ramadhan yang serupa. Hiburan malam disiapkan untuk menghibur para wisatawan di malam hari yang digelar di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan pantai yang mempesona.
            Para pengusaha kafe tidak ketinggalan, untuk tetap mengais rezeki selama bulan Ramadhan. Kafe tetap beroperasi di siang hari guna melayani wisatawan yang datang melancong. Kaca-kaca kafe ditutup rapat oleh kain hitam begitu juga dengan pintunya. Sehingga pejalan kaki di jalan tidak bisa melihat ke dalam.
            Begitulah suasana Ramadhan di Tunisia, tetap menawarkan paket wisata yang menarik.